Langsung ke konten utama

Mahasiswa Sebagai Agent of change dan Social control Menuju Peradaban yang Lebih Baik


Perkembangan masyarakat bangsa Indonesia berjalan semakin cepat, dalam berbagai bidang perkembangan tersebut semakin kuat sejalan dengan tuntutan reformasi dan globalisasi. Maka dari itu dibutuhkanlah sumber daya manusia yang responsif, kompetitif, dan memiliki mobilitas yang tinggi dalam berpikir maupun bertindak sehingga dapat mengikuti perkembangan zaman, berpartisipasi aktif, dan konstruktif/ membangun bangsa.
Generasi muda adalah kata yang mempunyai banyak pengertian, namun dari pengertian-pengertian generasi muda mengerah pada satu maksud yaitu kumpulan orang-orang yang masih mempunyai jiwa, semangat, dan ide yang masih segar dan dapat menjadikan negara ini lebih baik, orang-orang yang mempunyai pemikiran yang visioner (Asyari, 2011: 8).
Mahasiswa adalah suatu kelompok masyarakat yang terdidik dalam berbagai bidang keilmuwan dan keterampilan. Maka dari itu mahasiswa bisa disebut juga sebagai asset serta generasi penerus bangsa, mengingat perkembangan masyarakat yang semakin cepat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga menjadi kompleks, peran mahasiswa  sebagai generasi penerus bangsa  harus mempu menghadapi  berbagai perubahan dan permasalahan yang ada, dan mampu menjawab segala tantangan perubahan itu sendiri.
Para masyarakat memberikan tanggung jawab yang besar terhadap mahasiswa untuk mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dalam berbagai aspek khususnya perbaikan dalam masyarakat disekitarnya , karena mahasiswa menikmati banyak fasilitas pemerintah yang dananya berasal dari uang rakyat. Maka dari itu mahasiswa harus berusaha sekuat tenaganya terlibat dalam persoalan yang ada di masyarakat, selain berdampak positif dalam hubungan kemasyarakatan, peran ini juga memberikan kontribusi yang baik untuk dampak ke depannya.
Terdapat 3 peran penting mahasiswa dalam kemasyarakatan yaitu sebagai Agent of change, Social control, dan Iron Stock. Sebagai agent of change mahasiswa harus memperjuangkan perubahan-perubahan menuju perbaikan di bidang sosial dalam kehidupan masyarakat; Sebagai social control, mahasiswa hendaknya menjadi penengah dari berbagai permasalahan  antara pemerintah dan masyarakat, dalam hal ini mahasiswa berperan sebagai pengontrol peraturan dan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah; Sebagai iron stock, mahasiswa diharapkan menjadi manusia yang memiliki jiwa jiwa positif dan kemampuan sebagai calon generasi penerus bangsa Indonesia (Habibah & Istichomaharani, 2016: 1).  
Sebagai contoh saja, dalam lingkungan masyarakat yang melibatkan mahasiswa didalamnya, peran mahasiswa sebagai agent of change sangat berpengaruh dalam membelajarkan dan mendampingi masyarakat khususnya anak-anak yang mmbutuhkan perhatian khusus, seperti anak jalanan dan anak putus sekolah. Bagaimana para mahasiswa membantu menjembatani aspirasi dan kebutuhan anak-anak tersebut agar sampai kepada pemerintah dan nantinya anak-anak tersebut akan diberi bantuan dan hidup dengan layak kembali. Selain itu mahasiswa sebagai social control diharapkan menjadi pengontrol dalam kehidupan sosial, seperti apakah semua program pemerintah yang ditujukan kepada masyarakat sudah tepat sasaran atau sudah membantu sebagian besar masyarakat yang kurang mampu atau belum, karena sebagai mahasiswa sudah seharusnya peka terhadap lingkungan sosialnya dan diharapkan akan mampu menjadi generasi iron stock yang mandiri, inovasi, bertanggung jawab untuk masa depan.
Peran atau role mahasiswa sangat mempengaruhi kehidupan dimasa yang akan datang. Seorang mahasiswa harus melaksanakan hak dan kewajibannya secara seimbang sesuai dengan kedudukan dan kemampuannya menjalankan suatu peran. Dimana setiap mahasiswa mempunyai perannya masing-masing di lingkungan kampus, masyarakat, keluarga, bahkan negara. Tugas dari peran itu sendiri harus dilaksanakan agar tercapainya suatu hal yang diinginkan.
Mahasiswa sebagai agent of change atau agen perubahan di masa depan bangsa memiliki fungsi dan peran yang kompleks, sebagai kaum dengan intelektual yang dianggap tinggi oleh masyarakat, tugas mahasiswa tentunya akan bertambah berat dengan beban yang semakin hari semakin bertambah karena sudah banyak terbukti bahwa perubahan fantastis yang ada di dunia ini disebabkan oleh mahasiswa yang mempunyai sifat kreatif, inovatif, mandiri, berani, dan tanpa pamrih. Tetapi masih banyak juga mahasiswa yang tidak memiliki sifat dan sikap seperti itu, banyak mahasiswa yang pasif, tidak ingin maju, dan hanya bergantung pada orang lain. Mahasiswa seperti inilah yang seharusnya dibimbing agar menjadi generasi yang dapat diandalkan dan menjadi agen perubahan bagi negeri ini.
Aktif berorganisasi juga merupakan suatu point penting mahasiswa pada masa kini, berorganisasi dapat memberikan banyak dampak positif yang akan diterima dan dipelajari. Selain menambah teman, organisasi mampu mendewasakan dan mematangkan mental dan diri kita menuju kehidupan yang sebenarnya. Mereka yang aktif berorganisasi tentunya berbeda dengan yang pasif, cara berpikir nya sudah berbeda. Walaupun aktif tetapi dalam hal akademik tidak boleh lengah. Sebagai mahasiswa harus pintar dalam membagi waktu sehari-hari. Selain berorganisasi dan aktif dilingkungan kampus, mahasiswa diharapkan mampu turun langsung ke masyarakat sekitar, untuk apa ilmu yang dimiliki jika tidak dipergunakan untuk hal-hal positif terutama untuk lingkungan sekitarnya. Mulai dari hal kecil dilingkungannya, bisa merubah lingkungan tersebut menjadi lebih baik, maju, dan berwawasan luas. Dalam jangka waktu yang tidak lama, tidak semua mahasiswa berani dan mau berkontribusi langsung ke masyarakat akan merubah negeri ini sesuai cita-cita negara Indonesia yang tertuang dalam alinea ke 4 UUD 1945.
Mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi berasal dari berbagai daerah yang berbeda-beda. Daerah asal mahasiswa yang berbeda-beda atau bersifat heterogen turut mempengaruhi sikap kekritisan cara berfikir mereka (Hendrastomo & Amri, n.d: 7). Hal ini tentu akan berdampak baik bagi pemikiran yang akan bertambah luas dan beragam untuk mengatasi permasalahan yang ada, tetapi masih banyak pula dampak negatif yang ditimbulkan akibat keanekaragaman daerah yang bersatu menjadi satu kesatuan dalam kampus maupun organisasi, seperti menjelek-jelekkan daerah lain untuk kepentingan individual dan lain sebagainya. Seharusnya sebagai mahasiswa yang berpendidikan tinggi hal ini tidak akan terjadi, sebab pemikiran mereka sudah luas dan paham mana yang baik dan buruk.
Maka dari itu untuk menghadapi permasalahan pada era globalisasi saat ini, agar terwujud peran mahasiswa sebagai agent of change, mahasiswa harus kritis terhadap apapun yang di rasa kurang pas dan sejalan dengan kebenaran. Sebagai contoh, sekarang banyak mahasiswa yang teladan, rajin, memiliki IPK tinggi, aktif, serta lulus dengan cepat. Tetapi banyak yang lulus cepat tanpa persiapan yang matang dan mengakibatkan banyak pengangguran terdidik. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya mahasiswa tak hanya akademik saja yang digapai tetapi kemampuan  bersosialisasi dengan lingkungan sekitar juga lebih tingkatkan selayaknya dulu sebelum masuk ke era globalisasi.
Dengan kondisi ini, sikap kritis mahasiswa masih kurang. Hal ini dapat berdampak keberterimaan nilai-nilai yang diperoleh di masyarakat maupun di kampus tidak diterima dengan logika yang benar (Hendrastomo & Amri, n.d: 8). Walaupun berpendidikan tinggi dan memiliki intelektual, tetapi sikap sosial yang berada dimasyarakat kurang dan bahkan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat, mahasiswa tentunya akan dipandang buruk.
Edward Shill (Widyanto, n.d: 4), mengkategorikan mahasiswa sebagai lapisan intelektual yang memiliki tanggung jawab sosial yang khas. Shill menyebukan ada lima fungsi kaum intelektual yakni mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi, menyediakan bagan-bagan nasional dan antar bangsa, membina keberdayaan dan bersama, mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik. Arbi Sanit memandang, mahasiswa cenderung terlibat dalam tiga fungsi terakhir yaitu, membina keberdayaan dan bersama, mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik.
Khususnya mahasiswa berperan sebagai social control disini sangat mempengaruhi perubahan sosial dikemudian hari bahkan dimasa yang akan datang. Selain belajar dan menuntut ilmu diperguruan tinggi, mahasiswa mempunyai tugas lain diluar kampus yaitu, mengkritisi dan mengontrol kehidupan sosial di lingkungan sekitarnya, mahasiswa dituntut harus peka terhadap perubahan sosial yang terjadi, karena mungkin akan berdampak luas dikemudian hari. Mahasiswa harus mampu menjawab dan menyelesaikan berbagai tantangan permasalahan dunia yang semakin hari semakin banyak dan kompleks, terutama dalam bidang sosial. Tidak hanya dari dalam negeri tetapi dari luar negeri, era globalisasi saat ini sangat memberikan dampak negatif pada kehidupan sosial masyarakat Indonesia, terutama kaum pemuda bahkan mahasiswa sendiri. Era globalisasi mampu mengubah kebudayaan yang dulu sangat diterapkan dikehidupan sehari-hari, sekarang seakan-akan lenyap dari bumi ini, karena ketidakpedulian dan keacuhan kaum pemuda dan mahasiswa zaman sekarang. Mereka lebih mementingkan kehidupan yang individualisme dan tidak bersosialisasi dengan sekitarnya, mereka menganggap bahwa hal itu sekarang tidak terlalu penting, yang penting belajar dan menggapai cita-cita di masa depan. Tetapi kembali ke konteks awal bahwa kita tidak bisa hidup sendiri, walaupun sepintar apapun kita, kodrat manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa ditinggalkan. Maka dari itu pemerintah dan masyarakat berharap kepada mahasiswa agar melek dan peka terhadap situasi dan kondisi yang sedang terjadi terutama dilingkungan sekitarnya, dimulai dari lingkungan sekitar akan berdampak ke masyarakat luas.
Sebagai mahasiswa seharusnya bisa menjadi social control atau pengontrol sosial bagi kehidupan masyarakat khususnya sekitarnya. Sebagai contoh, dalam suatu lingkungan terdapat suatu perkumpulan karang taruna, sebagai mahasiswa organisasi kampung tersebut seharusnya menjadi kesempatan dan wadah untuk menyalurkan aspirasi dan ilmunya kedalam masyarakat, aspirasi mahasiswa sangat dibutuhkan untuk kemajuan suatu masyarakat walaupun sekecil apapun. Ilmu yang dimiliki jika tidak disalurkan maka tidak akan bermanfaat dan hanya untuk  diri sendiri, hal ini sangat tidak dianjurkan, karena mahasiswa telah menikmati berbagai fasilitas pemerintah di kampus yang dibiayai oleh uang rakyat. Maka dari itu ilmu yang dipelajari sudah seharusnya disalurkan agar terjadi hubungan yang timbal balik dan saling bermanfaat.
Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa memiliki peran sebagai agent of change dan social control.  Sebagai kaum yang terdidik dan memiliki intelektual yang tinggi dibanding orang yang tidak berkuliah, mahasiswa dipandang sebagai suatu generasi yang diharapkan dapat mengubah negeri ini ke arah kemajuan dan diharapkan pula mampu berkontribusi langsung ke lingkungan masyarakat agar ilmu yang diperoleh dan dimiliki dapat bermanfaat bagi sekitarnya dan nantinya akan berdampak positif pula bagi masa depan Indonesia. Untuk mewujudkan harapan ini perlu dukungan dari berbagai pihak seperti, orang tua, dosen, civitas akademik, pemerintah, dan masyarkat sekitar yang saling bahu membahu mewujudkan harapan tersebut, dan mahasiswa seharusnya lebih banyak belajar dan bersosialisasi agar mewujudkan generasi muda yang bisa diandalkan, mandiri, aktif, bertanggung jawab, serta menerapkan ilmu dan pengetahuannya untuk masyarakat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN ANAK CIBI (Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa)

A. Pengertian CIBI Anak cerdas istimewa merupakan anak dengan intelektual yang di atas rata-rata yang dimulai dari sejak lahir, dengan demikian diharapkan agar anak dapat menggunakan intelektual yang dimilikinya dalam meraih prestasi yang tinggi. Sedangkan bakat merupakan kemampuan alami yang luar biasa, yang diperoleh dari kombinasi sifat-sifat yang meliputi kapasitas intelektual, kemauan yang kuat untuk mengembangkan kemampuan, dan unjuk kerja. Pada umumnya bakat istimewa (talent) diartikan sebagai kemampuan khusus yang merupakan faktor bawaan. Anak CIBI cenderung memiliki kelebihan menonjol dalam kosakata dan menggunakannya secara luwes, memiliki informasi yang kaya, cepat dalam menguasai bahan pelajaran, cepat dalam memahami hubungan antar fakta, mudah memahami dalil-dalil dan formula-formula, tajam kemampuan analisisnya, membaca banyak bahan bacaan (gemar membaca), peka terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, kritis dan memilik rasa ingin tahu yang besar. B. Kebu...